Budaya Bersih dan Jarangnya Petugas Kebersihan di Jepang
Jepang merupakan salah satu negara bersih dari sampah. Bagi wisatawan yang baru pertama kali ke Jepang akan sangat terpukau betapa bersih negara tersebut. Kita sangat jarang melihat tong sampah dan petugas kebersihan. Jawaban mudahnya adalah para warga Jepang punya kesadaran untuk menjaga kebersihan. Di rumah, orang tua di Jepang mengajarkan kita bahwa harus menjaga barang-barang dan ruangan tetap bersih. Di sekolah dasar hingga menengah atas, bersih-bersih adalah bagian dari jadwal rutin para siswa. Fakta lainnya, ternyata kebiasaan orang Jepang yang tidak biasa makan atau pun ngemil sambil jalan bahkan di mall sekalipun, menunggu di stasiun, duduk di dalam kereta,bus, di taman kota kecuali di taman hiburan.
Petugas Kebersihan adalah nyawa di kota-kota Amerika Serikat
Beda dengan Jepang, Di Amerika Serikat jasa petugas kebersihan menjadi nyawa di kota-kota besar di negara tersebut. Kendati berisiko tinggi, pekerjaan ini termasuk memiliki imbalan terbilang lumayan. Petugas kebersihan, khususnya tukang sampah tak semua orang sanggup melakoninya. Jam kerja tak kenal musim mengharuskan pekerjanya tangguh. Bagaimana tidak? Kadang mulai masuk kerja pukul 03.00 dini hari, kemudian bekerja tak mengenal jam. Dini hari, malam hari bahkan terik matahari. Kehujanan dan sebagainya. Selain kotor dan bau, pekerjaan ini juga perlu tenaga fisik, terutama saat mengangkut sampah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Belum lagi kemungkinan menghirup bau beracun dan sebagainya. Lalu berapa pemerintah kota setempat membayar jasa mereka.
Petugas Kebersihan di Indonesia
Di Indonesia, Petugas kebersihan/pengelola sampah merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang bertugas mengelola sampah. Sebagai ujung tombak kebersihan dibutuhkan sumber daya yang optimal terkait peran dari para pengelola sampah ini.
Penulis mengharapkan Pemerintah dapat menata Proses Manajerial dalam Pengelolaan Sampah Secara terpadu. seperti contoh:
1. Menjamin kesehatan para pengelola sampah tetap sehat walaupun bersentuhan dengan barang-barang yang tidak sehat, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan tahap awal dan lanjutan rutin diadakan setiap bulan agar tidak terkontaminsasi penyakit-penyakit menular dari sampah.
2. Menjamin kesejahteraan para pengelola sampah. Di Indonesia pekerjaan ini kerap dipandang sebelah mata, belum lagi gaji/honorarium yang kurang sepadan dengan kerja keras yang dilakukan padahal sangat berjasa untuk kebersihan lingkungan. Rendahnya gaji ini sering kali tak dapat menutupi besarnya kebutuhan pokok harian. Oleh karena itu perlu diperhatikan formula gaji/honorarium yang terbaik disesuai dengan level kesejahteraan minimum dari suatu wilayah, setidaknya setingkat di atas level tersebut bukan dibawahnya.
3. Pemberian sarana dan prasarana oleh Pemerintah merupakan langkah yang tepat mengatasi pencemaran lingkungan seperti (Bank Sampah, gerobak sampah, Tempat Pembuangan Sementara sampah sesuai jenis sampah, truk sampah, APD pengelola Sampah dan lain-lain)
4. Tentunya Proses ini tidak akan berhasil jika masyarakat umum tidak dilibatkan. Sosialisasi kepada masyarakat perlu dilakukan sehingga diharapkan masyarakat bisa melakukan pemilahan-pemihalan sampah rumah tangga sesuai jenisnya (Sampah Organik, Sampah AnOrganik dan Sampah B3). Selain masyarakat, pengusaha, perusahaan dan rumah sakit perlu juga memperhatikan pengelolaan sampah mereka.
5. Sistem Informasi Geografis juga perlu diperhatikan dalam hal distribusi dan transportasi sampah dari sumber sampah menuju tempat pembuangan akhir sampah, seperti halnya alur transportasi dan jam yang tepat dalam membawa sampah agar tidak bertemu dengan kemacetan dan juga orang banyak.
6. Pemberian beasiswa untuk siswa berprestasi bagi keluarga pengelola sampah atau masyarakat yang terdampak polusi bau, polusi udara bahkan polusi air di sekitar Kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah.